Monday, February 14, 2011

It's About Time

No, it’s not one of those idioms yang berarti ‘sudah waktunya!’ atau ‘akhirnya!’. Posting ini memang membahas soal waktu - literally!
Seorang kerabat dekat baru saja dipanggil menghadap-Nya. Hal inilah yang memicu obrolan makan malam kami menjadi agak lebih ‘berat’dari biasanya. Mengenai waktu, usia manusia dan kehidupan sesudah mati (weits!)
Selama ini yang kita tahu, Waktu berjalan maju. Hanya ada masa lalu, sekarang dan masa depan. Linier. Masa depan, kita tidak tahu bentuknya seperti apa. Sebagai muslim, kita memang dibekali dengan pengetahuan bahwa akan ada Hari Akhir (Kiamat), manusia akan dibangkitkan, kemudian Judgment Day dan akhirnya semua akan mendapat balasan masing-masing, apakah itu surga atau neraka. Tapi bekal itupun tak cukup untuk memberikan gambaran yang nyata ke otak kita. Manusia memang serba terbatas. Allahu Akbar.
Hanya berandai-andai, what if  Waktu itu ternyata tidak linier? What if, Waktu itu parallel, ada banyak Waktu hanya berbeda dimensi. Bingung? Me too - at first.
Sekarang begini, seandainya tiap orang memiliki timeline sendiri-sendiri. Dimana timelinenya berjalan linier hanya terhadap orang itu, misal si A punya timeline A, B punya timeline B, dst. Artinya masing-masing orang memiliki past, present, future sendiri-sendiri atau dimensi sendiri-sendiri. Sehingga jika orang itu meninggal, orang itu telah mengalami kiamat (kiamat kecil, seperti diajarkan dalam Islam). Tapi, bagaimana jika setelah orang itu meninggal, ternyata orang itu langsung dibangkitkan, ditimbang amalannnya dan ditentukan masuk surga atau neraka? Kalau begitu, berarti surga dan neraka sudah ada dong! Bukannya surga dan neraka diciptakan setelah terjadinya kiamat?
Tapi, lagi-lagi what if kiamat yang dimaksud adalah kiamat masing-masing orang itu tadi? Bukannya ketika Isra’Mi’raj, Rasulullah sudah diperkenankan melihat surga /neraka dan nabi-nabi sebelumnya yang menghuni surga? Jadi The Future atau Masa Depan yang dimaksud disini adalah relatif untuk masing-masing orang. Masa kini-nya Rasulullah ketika Isra’Mi’raj adalah masa depannya kaum-kaum pendahulunya yang sudah ditimbang amalannya dan telah ditentukan siapa-siapa yang masuk surga atau neraka. Atau tepatnya, saat Isra’Mi’raj Rasulullah sedang melihat dimensi waktu yang lain, dimana surga/neraka telah berpenghuni.  Jadi saat inipun sebenarnya sudah ada surga/neraka , tapi bukan di dimensi waktu kita, tapi dimensi waktu yang lain. Karena ya itu tadi, waktu itu parallel, dan tidak linier.
Jika kita kembalikan lagi, salah satu sifat Allah SWT adalah Maha Mencipta (Al-Khalq).  Mencipta dalam hal ini tidak hanya sekali saja, karena Allah pun bersifat Baqo’alias Kekal atau terus menerus. Teori jagad raya yang sekarang sedang diterima oleh para ilmuwan adalah bahwa alam semesta ini bersifat elastis, mengembang kemudian mengempis. Jadi jika jagad raya ini terjadi karena adanya Ledakan Dahsyat (Big Bang) dan kemudian akan diakhiri dengan Penyusutan Dahsyat (Big Crunch), ada kemungkinan setelah itu akan tercipta lagi alam semesta dengan adanya Big Bang lagi, demikian seterusnya.  Sehingga timbullah berbagai dimensi waktu yang berjalan parallel itu tadi.
Lalu bagaimana dengan ayat (dalam Qurán) yang menyebutkan bahwa ada penghuni surga/neraka yang kekal didalamnya selama-lamanya? Apakah mereka sudah ada juga? Bagaimanakah dengan adanya alam barzakh?
Hmm.  Saya tidak ingin mendebat keyakinan saya. Hanya saya tahu Islam dan sains tidak mungkin berseberangan, pastilah sejalan. But, science still has got a lot of catching up to do :) Berbahagialah kita yang memiliki keyakinan.
Sekali lagi, manusia memang terbatas. Wallahu’alam bissawab.

No comments:

Post a Comment